Saat ini masih
hangat dibicarakan oleh publik mengenai pembubaran Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dikatakan
membawa aroma liberalisasi dan kastanisasi yang dapat menyebabkan lunturnya
jati diri bangsa Indonesia.
Sekolah RSBI dikatakan berbiaya
mahal, hanya untuk orang-orang kalangan mampu dan menggunakan Bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar utama dalam penyampaian proses belajar mengajar di
kelas yang pada akhirnya bisa membuat penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang patut di junjung tinggi oleh bangsa Indonesia menjadi hilang.
Pro dan kontra terlontar beriringan
dengan adanya keputusan telak yang telah diambil oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
Sebagai sebuah program pemerintah dalam bidang pendidikan, RSBI dan SBI memang
membawa kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tergantung dari sudut mana
publik memandangnya.
Dalam praktik pembelajarannya,
sekolah RSBI mempunyai sarana dan prasana yang jauh lebih lengkap daripada
sekolah reguler. Dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana tersebut lebih
memadai untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi siswa dengan
sumber daya yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tentu saja
dapat membuat Indonesia lebih berkembang untuk masa yang akan datang. Selain
itu, penggunaan Bahasa Inggris berpotensi membawa Indonesia mampu bersaing di dalam
kancah Internasional. Pendidikan berkualitas tersebut mampu menjadi modal utama
dalam perkembangan Indonesia yang baru.
Namun, pendidikan yang berkualitas hanya
identik dengan biaya yang mahal. Biaya mahal itulah yang melekat pada sekolah
atau kelas yang menyandang kata Internasional. Sekolah RSBI dan SBI banyak yang
mendapat dana swadana dari orang tua murid selain dana yang telah di anggarkan
oleh pemerintah. Biaya yang mahal kerap sekali tidak bisa dijangkau oleh
masyarakat yang kurang mampu. Padahal seharusnya, semua lapisan masyarakat
harus dapat memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas. Biaya mahal
tersebut juga bisa dijadikan arena korupsi dan disalahgunakan oleh pihak
pengelolanya. Program RSBI dan SBI hanya menjadi kedok untuk birokrat-birokrat
dalam sekolah untuk memfasilitasi diri mereka sendiri.
Indonesia selalu mempunyai permasalahan
dalam tiap bidangnya yang sekarang ini, selalu menghambat tujuan untuk bisa
bersaing di dunia global. Indonesia masih tertinggal jauh, bahkan di kawasan
Asia bahkan Asia Tenggara. Dengan segenap sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia
yang dulu dikenal sebagai Macan Asia kalah bersaing dengan Singapura yang
bahkan lebih sedikit mempunyai sumber daya alam. Indonesia masih dan selalu
jalan di tempat, bahkan belum bisa sampai di tahap era tinggal landas yang dulu
di gadang-gadang oleh Presiden Soekarno. Saat ini yang terjadi bahkan seperti
skenario yang menggunakan publik figur dan alat pemerintah untuk selalu
menggagalkan diri sendiri.
Hal yang dibutuhkan Indonesia adalah
individu maupun kelompok yang benar-benar mau dan mampu mensuperkan diri di era
yang semakin super. Tak harus dengan pengantar Bahasa Inggris untuk bisa
bersaing dalam dunia, akan lebih membanggakan apabila dapat bersaing dalam
dunia global dengan membawa Bahasa kita sendiri, yakni Bahasa Indonesia. Tidak
ada salahnya juga dengan pemakaian Bahasa Inggris. Namun, penggunaan Bahasa
Inggris hanya sebagai pendalaman dan pengkhususan yang harus dipelajari, bukan
sebagai bahasa pengantar.
Fasilitas sendiri juga penting. Dalam
zaman
hitech seperti sekarang ini, kemampuan individu harus benar-benar diolah
untuk mempunyai kompetensi tinggi dalam teknologi. Tidak harus selalu berkiblat
ke Barat untuk sebuah kemajuan, Indonesia harus bisa membuat gebrakan yang
mampu membuat bangsa Barat menoleh ke arah Timur.
Mampukah Indonesia? Tentunya pasti
dan harus mampu. Bukankah, sekarang saja banyak negara yang mengagumi
Indonesia? Jadi, kenapa tidak? Sekarang ini, yang perlu dilakukan adalah
mengoptimalkan usaha kita.
Dalam pendidikan, yang terpenting
adalah prosesnya. Dengan segala macam sarana dan prasarana yang baik apabila
masing-masing individu tidak melakukan proses dengan baik itu berarti percuma. Mungkin
saat ini masih terjadi keterkejutan baik yang dialami publik maupun pihak sekolah
RSBI dan SBI. Namun, pasti akan didapatkan jalan yang baik untuk semua. Apabila
dalam sistem RSBI dan SBI terdapat kelebihan dan kekurangannya, maka ambillah
kelebihan tersebut dan perbaikilah kekurangannya.
Masih banyak yang harus dipikirkan
dalam pendidikan Indonesia selain pembubaran RSBI dan SBI. Masih banyak sekolah
di pelosok Nusantara yang masih butuh uluran tangan para pendidik dan calon
pendidik negeri ini untuk bisa menyetarakan diri di dalam negaranya sendiri.