Usman.
Ya itulah namanya. Nama yang sangat berarti bagi kedua orang tuanya.
Usman mempunyai adik perempuan kecil yang sangat usil,
namanya Nura. Hampir setiap hari, Usman memarahi
adiknya karena tingkahnya yang sangat usil kepadanya. Dari mulai menyembunyikan
sepatu, mencoret-coret buku sekolahnya, menendang kakaknya dari belakang,
sampai tidur pun muka
kakaknya dicoret-coret pakai spidol.
Di balik ocehan-ocehan Usman
tersebut, dia masih memakluminya karena adiknya baru berumur 5 tahun dan baru
tahun ini dia masuk sekolah TK. Usman merasa jika Nura sudah agak besar, mungkin ia sudah tidak
usil lagi kepadanya. Tetapi untuk saat ini, Usman harus benar-benar sabar menghadapi adiknya.
Baru saja, Nura bermain
korek api sampai celana panjangnya yang ditaruh
di gantungan baju terbakar hingga bolong di bagian belakang.
Saking kesalnya dengan adiknya,
dengan mata melotot ia menatap adiknya. Tanpa rasa berdosa, si Nura nyengir sambil melihat kearah atas.
“Ibuuuuuuuuu!!”
teriak Usman.
“Ada apa sih mas, kok
teriak-teriak begitu? Nggak enak didengar
tetangga.”
“Tuh lihat, perbuatan Adek
yang satu itu!” tunjuk Usman ke
arah adiknya.
“Nura!!!
Kamu ngapain disitu?” teriak Ibunya.
“Adek.... adek…. Hehehe.” Nura hanya tertawa sambil
memainkan celananya Usman.
“Itu kenapa? Kok
celana kakak bolong di belakangnya?”
“Ya itu bu,
perbuatan si Nura. Terus Usman harus pakai celana panjang yang mana lagi,
soalnya hanya itu satu-satunya celana Usman.” kata Usman ke ibunya.
“Ya sudahlah,
kan bisa pake celana ayahmu kan?” kata Ibunya.
Usman mengambil
celananya, lalu berbalik badan ke arah ibunya. Wajahnya seperti tidak percaya.
“Apa???
Pakai
celana Ayah, bu? Badan Ayah
kayak bagong gitu, masa’ aku harus pakai celana Ayah, bu?” rengut Usman.
“Ohh… Apa pakai celana
ibu saja, Kak?” kata Ibu sambil tertawa.
Usman, menaruh
celananya di kursi, “Idihhh bu... Rempong nanti aku. Andai saja... Nura enggak
usil seperti ini, kan jadinya enggak
kayak begini”.
“Sudah,
sudah... Besok ibu belikan
calana yang baru buat kakak.”
kata Ibu.
Lalu, Usman masuk ke kamar dengan memasang muka cemberut.
* * *
Besoknya setelah pulang sekolah,
Usman langsung mengganti bajunya dan bersiap-siap untuk
makan siang yang sudah disediakan oleh Ibu.
“Kakak… Kak Usman?” panggil Nura.
Usman hanya diam saja karena ia masih kesal dengan
perbuatan yang dilakukan oleh adiknya kemarin.
“Kakak…. Kakak? Di kamar Nura ada tikus wirok. Nura
enggak berani masuk kamar.”
Usman tetap diam membisu. Karena kakaknya tidak
menjawab, Nura merasa kesal. Ia
pun
menendang kaki Usman lalu berlari ke dapur menemui Ibunya.
“Ibu!!!”
“Ya sayang, ada apa?” jawab Ibunya.
“Di kamar Nura ada tikus wirok. Besal, besal sekali
bu.” dengan kata-kata
sedikit celat.
“Oh ya? Ya sudah, nanti ibu pasang perangkap
tikus di kamar Nura.” kata Ibu.
Hari
menjelang sore dan sampai sekarang, Usman masih sedikit kesal
dengan adiknya. Saat itu Usman akan memasang foto keluarganya di dinding ruang tamu.
Karena agak tinggi, maka Usman mengambil kursi. Saat akan memasang bingkai fotonya, tiba-tiba dari arah
belakang, ‘duk’. Lagi-lagi Nura yang
melakukannya. Ia menendang kaki kursi yang sedang dinaiki oleh kakaknya hingga
kakaknya jatuh dari kursi. Untung saja Usman tidak mengalami luka parah.
“Nuraaaaa!!!! Nakal banget sih kamu.” teriak Usman.
“Abis, kakak dari tadi siang diem saja sih.. Nggak mau ngomong sama Nura. Ya sudah, Nura tendang saja”. jawab Nura.
Nura lalu berlari ke kamar, lalu ke dapur, lalu ke ruang tamu, lalu ke kamar lagi. Selang
beberapa menit, ‘ceklaak!!!’
“Aaaaaagh, sakit, sakit sakit…..” teriak Nura.
Mendengar teriakan Nura, Usman langsung menuju ke
kamar Nura.
“Ya ampun Nura, sampai segitunya kamu pecicilan.tuh
lihat kakimu kejepit perangkap tikus.” kata kakaknya sambil senyam-senyum.
“Sakit tauuuuuuuu…” teriak Nura.
“Ya sudah sini kakak lepas. Makanya jangan usilin
kakak jadi begini kan akhirnya. Sakit enggak?”
“Atit kak.. Atit.” dengan nada
manja.
Usman lalu melepas perangkap tikus yang menjepit kaki
adiknya, lalu mengobatinya.
Semenjak
kejadian itu, Nura menjadi anak yang agak pendiam. Dengan kejadian yang ia
alami kemarin ini, mungkin dia sudah kapok dan tidak akan mengusili kakaknya lagi.
Sony
‘11